Tangerang – Selera dan ingatan adalah dua hal yang berdiri sendiri-sendiri. Namun, lewat hidangan ternyata keduanya bisa menjadi dekat dan lekat, hingga keduanya terhubung satu sama lain.
Jika ingin membuktikan pendapat itu, datang dan nikmatilah hidangan di Rumah Makan Pindang Ikan Patin Pagar Alam, di Kebon Nanas, Jalan MH. Thamrin, Kota Tangerang. Selain akan menemukan kelezatan pindang ikan patin, Anda akan diajak flash back ke suasana Pagar Alam, Sumatera Selatan.
“Ase balek dusun (serasa pulang kampung),” ungkap Yudi (49), pengelola rumah makan tersebut ketika mengutarakan bagaimana kesan pertama pengunjungnya menikmati hidangan pindang ikan patin, Rabu (26/4/2017).
Menurut Yudi, rumah makannya itu sudah hampir tujuh tahun beroperasi. Mereka juga sudah membuka sejumlah cabang di Tangerang, di antaranya di kawasan Gading Serpong dan Jalan Daan Mogot, Kota Tangerang.
“Mereka (pengunjung) umumnya datang, selain untuk menikmati hidangan khas Pagar Alam, juga untuk bernostalgia dengan ingatan masa lalu di Pagar Alam,” ucap Yudi.
Pelanggan rumah makan ini, kata Yudi, umumnya merupakan warga perantau asal Palembang, Lampung, Riau, Bengkulu, dan Bangka. Namun, tak sedikit juga warga yang berasal dari luar daerah menjadi penikmat hidangan khas Bumi Sriwijaya ini.
Pagar Alam dulu hanyalah sebuah kecamatan yang berada dalam wilayah Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Karena wilayahnya berupa dataran tinggi di kaki Gunung Dempo, di tempat ini banyak dijumpai perkebunan teh. Karena perkembangannya yang pesat, Pagar Alam kini menjadi kota.
Suasana sejuk–bahkan cenderung dingin– itulah yang menyebabkan orang-orang Pagar Alam membutuhkan hidangan “penghangat”. Pindang ikan patin adalah salah satu hidangan khas mereka yang mampu membuat penikmatnya bercucuran keringat.
“Rasa pindang ikan patin itu harus pedes, asem, dan manis. Itu ciri khasnya,” terang Yudi.
Banten Hits berkesempatan menikmati semangkuk pindang ikan patin saat Kota Tangerang sedang diguyur hujan lebat. Cuaca sejuk saat itu tak mampu membendung derasnya cucuran keringat. Setiap suap pindang ikan yang masuk ke mulut, seperti sekumpulan unsur penghasil rasa lezat yang dengan cepat lumer berevolusi menjadi energi panas.. Hmmmmmm…… lezaaaaattttt…..
Untuk menciptakan rasa pedas, Yudi menyampurkan rempah-rempah dengan jahe dan cabai. Sementara rasa asem lahir dari perpaduan nanas dan tomat. Kuah campuran rempah yang disajikan panas-panas, membuat penikmat pindang ikan patin akan menemukan sensasi hangat dan berkeringat.
Selain pindang ikan patin, ada juga beberapa menu khas lainnya disajikan di tempat ini, di antaranya pindang iga, cumi pete manis, pepes ikan patin, pepes patin tempoyak. Tempoyak adalah sambal khas yang terbuat dari durian. Tak ketinggalan, ada juga berbagai jenis pempek.
Seluruh varian makanan khas tersebut bisa dinikmati tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Untuk setiap menu makanan, seperti semangkuk pindang ikan patin, pengunjung hanya perlu membayar Rp 30 ribu. Selain dijamin mendapatkan kelezatan yang luar biasa, penikmat juga bisa mengobati kerinduan kepada kampung halaman.
Nah, bagi Anda yang penasaran dengan kelezatan pindang ikan patin ini, Anda bisa datang langsung ke tempat ini dari pukul 10.00 WIB-22.00 WIB. Buruan Anda buktikan sendiri kelezatan makanannya sambil merekonstruksi ingatan masa lalu di kampung halaman.(Rus)